Bukankah memilih selalu mengesalkan. Kita berharap semuanya berjalan begini lalu begitu, berikut begini lagi dan selanjutnya begitu. Hidup lurus seperti kelapa, tak perlu bercabangan. Kita tak perlu bersusah payah, cukup mengalir saja. Menari bersama arus yang kadang menderas, kadang melembut. Sesekali melawan arus itu untuk menahan idealisme - karena tanpanya kadang hidup mengering seperti kemarau.
Namun nyatanya, hidup selalu penuh persimpangan. Jalan-jalan bercabang dan setiap cabang menceritakan berbagai kemungkinan. Maka kita pun kesal, mengapa lebih banyak pohon bercabang daripada yang tidak? Andai selama-lamanya kita bisa menjadi dalang atas jalan hidup kita, kita tak perlu bersusah payah. Kita hanya akan terkejut sebentar atas air terjun dan batu jeram arus, tapi kita pasti akan menang, karena kita tahu seluruhnya adalah kita. Kita dalam semuanya, tak ada lagi khawatir.
Namun nyatanya percabangan selalu ada. Dan kita tak bisa memilih keduanya, ketiganya, atau keduabelasnya. Kita hanya memilih satu. Dan itu artinya merelakan separuh atau lebih hilang. Melepaskan memang membuat geram!
Namun pada akhirnya kita tahu, ke mana pun arus ini mengalir semuanya menuju laut. Semua percabangan ini membawa pada kehidupan. Utuh. Bersama semesta. Tanpa perbedaan warna, tak ada palet pelangi. Tanpa melepas kita tak akan mengerti cinta tak bersyarat. Dan tanpanya tak ada ucapan syukur atas cukup. Kita akan kurang dan selalu begitu. Kita hanya bisa memilih satu untuk dapat menerima yang lain yang akan melengkapi. Dengannya kita mengerti cinta.
Maka mungkin tak perlu khawatir. Pilihlah dengan saksama dan bijaksana. Di balik semuanya yakinlah, yang sudah dilewati akan membawamu menjadi tua. Mungkin semakin keruh, mungkin semakin surut, mungkin tak semenarik dahulu. Namun, setelah melewati semuanya kau tahu indahnya gunung tempat kau berhulu dan laut tempat kau berhilir. Kau lengkap.
Namun nyatanya, hidup selalu penuh persimpangan. Jalan-jalan bercabang dan setiap cabang menceritakan berbagai kemungkinan. Maka kita pun kesal, mengapa lebih banyak pohon bercabang daripada yang tidak? Andai selama-lamanya kita bisa menjadi dalang atas jalan hidup kita, kita tak perlu bersusah payah. Kita hanya akan terkejut sebentar atas air terjun dan batu jeram arus, tapi kita pasti akan menang, karena kita tahu seluruhnya adalah kita. Kita dalam semuanya, tak ada lagi khawatir.
Namun nyatanya percabangan selalu ada. Dan kita tak bisa memilih keduanya, ketiganya, atau keduabelasnya. Kita hanya memilih satu. Dan itu artinya merelakan separuh atau lebih hilang. Melepaskan memang membuat geram!
Namun pada akhirnya kita tahu, ke mana pun arus ini mengalir semuanya menuju laut. Semua percabangan ini membawa pada kehidupan. Utuh. Bersama semesta. Tanpa perbedaan warna, tak ada palet pelangi. Tanpa melepas kita tak akan mengerti cinta tak bersyarat. Dan tanpanya tak ada ucapan syukur atas cukup. Kita akan kurang dan selalu begitu. Kita hanya bisa memilih satu untuk dapat menerima yang lain yang akan melengkapi. Dengannya kita mengerti cinta.
Maka mungkin tak perlu khawatir. Pilihlah dengan saksama dan bijaksana. Di balik semuanya yakinlah, yang sudah dilewati akan membawamu menjadi tua. Mungkin semakin keruh, mungkin semakin surut, mungkin tak semenarik dahulu. Namun, setelah melewati semuanya kau tahu indahnya gunung tempat kau berhulu dan laut tempat kau berhilir. Kau lengkap.
Sure, i like this.. :)
ReplyDelete