Whatever you want...

Monday, January 30, 2017

MISTERI: Teror yang Sesungguhnya (Surat untuk Sahabat)

| No comment

D, yang terkasih...

Katanya, ada hantu di luar sana. Sebagaimana hantu lain, ia tak nampak, namun ditakuti. Begitu ngeri hingga mendengar namanya saja orang sudah tak tenang. Presiden pun takut padanya, apalagi rakyat. Bahkan lembaga besar seperti Bank Indonesia harus menyatakan diri bahwa mereka bebas darinya. Kita mengerti permainan ini, karena ada beberapa orang yang belakangan berlagak bermain jelangkung. Memanggil-manggil hantu itu untuk kembali muncul. Mereka ingin menjual ketakutan dengan harga murah.




Beberapa tahun belakangan ini, tepatnya sejak goyahnya sang Bapak Tua, isu hantu itu kembali muncul. Ada kelompok-kelompok yang berusaha meyakinkan satu sama lain, bahwa sebenarnya mereka bukan hantu. Mereka hanya disebut hantu supaya orang tak berani mendekat, supaya pohon keropos itu tak disentuh, dan dibiarkan benalunya mengakar sampai ke dasar bumi. Dan ketika kita akhirnya tahu kenyataan tentang pohon itu, kita mengutuknya. Kisah hantu itu kita tahu hanya rekaan.

Tapi mungkin alam bawah sadar kita punya cara lain untuk bekerja, mereka tetap menakutkan di dasar sana. Disangkut pautkan dengan hantu itu berarti engkau layak dibenci. Atau setidaknya diseringai. Seolah upaya meyakinkan cerita yang sudah usang itu tak benar-benar berguna. Dalam hati kita, sang hantu tetaplah hantu. Dan selamanya akan begitu.

D, yang terkasih

Tahukah engkau apa yang paling menakutkan di dunia ini? Aku akan memberitahumu: teror. Ketika kita takut, kita dirampas olehnya. Ketika kita berani melawannya, kita siap mati. Atau bagaimana jika tidak demikian?

Di dunia manusia ini tidak ada yang tahu kedalaman hati. Seperti seseorang yang menyatakan berpindah agama, namun dalam nurani mereka sebenarnya tak pernah benar-benar berpindah. Mereka menyatakan berpindah karena penderitaan terlalu berat. Karena mereka berjuang untuk yang mereka sebut hidup. Jika untuk hidup mereka sendiri, kita mungkin menyebut itu kekhawatiran, namun bagaimana jika itu untuk orang tua? Atau untuk mereka yang terkasih?

Kita yang hidup jauh dari teror dan ketakutan, yang masih bisa makan dua kali sehari tahu berdiet. Tapi mereka tak perlu diet untuk menjadi kurus, karena mereka mengasihi yang lain. Pilihan mati mungkin lebih mudah. Namun kematian mereka nyatanya tak membuat teror itu berhenti. Teror itu hanya berhenti jika mereka mengaku murtad. Maka apa yang akan kau pilih? Mengaku murtad dan mereka hidup. Atau engkau memilih mati dan mereka mati juga. Jangan bertanya padaku, aku tidak tahu. Dan aku akan mengatakan: jika kau memilih murtad, kau tak setia; jika kau memilih setia, kau egois. Entahlah mengapa hantu itu begitu perkasa.

Kau mungkin bertanya kepadaku, apakah ada yang begitu? Jawabku ada. Banyak. Dan jangan bertanya padaku bagaimana, karena aku tidak tahu. Benar-benar tidak tahu.


D, yang terkasih

Selama ini, dalam matematika kita diajarkan tentang adanya bilangan riil yang terdiri dari bilangan rasional dan bilangan irasional. Bilangan rasional dapat dinyatakan dengan a/b dengan b tidak boleh nol. Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak bisa dibagi atau hasil baginya tidak akan pernah habis. Bilangan rasional seperti ¾ atau 5/35 dan sebagainya. Bilangan irasional seperti π, √2 atau e. Bilangan rasional akan sangat berguna untk menghitung jumlah uang kita, jumlah ayam di kandang, atau jumlah pecahan roti hingga pembagian warisan. Tapi kita tidak akan bisa menggunakannya untuk menghitung volume sebuah tabung, bahkan sekadar untuk luas lingkaran. Karena ada bilangan ajaib π yang tiba-tiba muncul di sana. Tiba-tiba dengan 22/7 semua bisa diselesaikan. Dari mana 22/7 itu? Kita yang selama ini belajar matematika dasar, hanya tahu tentang π, tapi dari mana π berasal apakah kita pernah tergelitik untuk bertanya? Dan anehnya hanya dengan π itulah volume sebuah tabung, bola, atau luas lingkaran bisa ditemukan. Artinya bahwa selama ini angka yang kita ketahui secara umum sangat sederhana, padahal dalam perihal paling sederhana yang kita jumpai dalam hidup pun, ada bilangan irasional.

Dan jika dikau sudah mulai bertanya tentang asal muasal π, atau √2, dikau mulai akan bertanya tentang adakah bilangan yang tidak riil. Maka dikau di jalan yang benar, karena memang ada angka yang tidak riil. Kita menyebutnya bilangan imajiner yang biasa disebut dengan i. Bilangan ini jauh lebih ajaib daripada bilangan irasional (jika dikau menganggap bilangan irasional sudah ajaib). Sebutlah dikau menyelesaikan x² + 1 = 0, atau dengan kata lain x = √-1 sehingga x = √-1. Bagaimana mungkin menyelesaikan √-1 jika dikau akar dari bilangan negatif saja tidak ada? Maka kita mengenal i atau bilangan imajiner. Dalam bentuknya yang paling sederhana i = √-1. Semua bilangan yang memiliki sifat √-1 adalah bilangan imajiner. Bilangan yang tidak ada, tapi sebenarnya ada.
Dikau mungkin bertanya kepadaku untuk apa bilangan i ini? Dan aku akan menceritakan sedikit kegunaannya. Bilangan ini digunakan untuk memelajari aliran fluida di sekitar obyek tertentu, untuk memelajari deret tak hingga, fisika kuantum. Atau paling sederhana dia berfungsi untuk pemodelan gelombang. Tanpa i, kita tidak akan bisa berkomunikasi lewat henpon atau radio. Karena satu-satunya cara membuat pemodelan gelombangnya adalah dengan bilangan imajiner. Bilangan yang tidak ada itu. Termasuk ketika dikau mengisi baterai di henponmu dengan mencolokkan chargermu di colokan listrik rumahmu. Ada proses aliran arus listrik yang hanya bisa dihitung dengan menyertakan bilangan imajiner di dalamnya. Tanpa bilangan imajiner, kita tidak akan bisa terbang ke angkasa dan pulang dengan selamat.

Ada bilangan riil ada bilangan imajiner, mereka semua disebut bilangan kompleks. Dan percayakah dikau, bahwa semua bilangan yang kita jumpai di semesta ini dalam kondisi aslinya adalah bilangan kompleks. Yang kita sebut 2+2=4 adalah penyederhanaan yang sesederhana mungkin, agar bisa diselesaikan oleh anak SD hingga SMA. Karena segala hitungan matematikan di dunia ini sejatinya pasti mengandung bilangan imajiner. Hanya saja untuk memudahkan, i tersebut terpaksa dihilangkan. Semuanya kompleks, aliran darah dalam tubuhmu, udara yang kau hirup, pijar hemponmu yang menyala semuanya kompleks dan semuanya mengandung bilangan imajiner ini.
Apakah ada bilangan lain selain bilangan riil dan bilangan imajiner yang termasuk bilangan kompleks. Kemungkinan itu sangat besar ada. Sama seperti mungkin sekali ditemukan ada unsur kimia lain selain unsur kimia yang terdapat dalam sistem periodik unsur yang kita pelajari dalam pelajaran kimia di sekolah.

Kehidupan ini begitu kompleks. Mengapa kenangan tidak mudah dihapuskan. Mengapa kehilangan begitu menyakitkan. Mengapa orang-orang baik itu harus menderita. Mengapa seorang gadis dan seorang pria yang duduk di tempat yang sama bisa saling jatuh cinta. Aku bukan bertanya tentang bagaimana, tetapi mengapa. Dan mengapa itu jauh lebih rumit daripada bagaimana. Kau bisa menjawab bagaimana memasak kue cucur, tapi mengapa kau memilih untuk memasak kue cucur bukan jawaban yang mudah. Sekali lagi misteri.

D, yang terkasih

Aku akan kembali pada hantu dan teror yang menjadi pembicaraan kita di awal. Ketahuilah D, sebenarnya aku tak tahu banyak hal. Mengapa hantu itu harus dihindari. Aku bisa menduga-duga, namun aku tak pernah tahu. Dalamnya hati siapa tahu, karena mungkin bahkan sang pemilik hati pun tak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Mungkin jika ada yang tahu, itu adalah Sang Misteri. Sang Kompleks yang mewadahi semuanya. Dan kadang kita menyederhanakan semuanya begitu saja, seolah-olah yang begini pasti begitu. Mereka yang tidak setia sedang berkhianat. Bahwa rajin pangkal pandai dan hemat pangkal kaya. Mereka yang menyebut ayat Alkitab yang lain sedang menistakan agama. Pengetahuan kita tentang bilangan rasional saja tidak jangkep, kita sudah mau berbicara seolah kita adalah bilangan kompleks itu sendiri. Seolah kita mengerti Sang Misteri. Bagaimana berbicara tentang itu, jika kita saja tidak tahu mengapa kentut kita berbau.

Yang aku tahu bahwa teror adalah upaya untuk membatasi Sang Misteri dengan memasukkannya ke dalam kotak kecil sebesar biji kacang tanah. Dan setelah Sang Misteri dipaksa masuk, lalu semuanya dipaksa masuk ke sana. Yang aku tahu itu jahat. Mengapa tidak menjadi rendah hati saja dan mengakui bahwa Misteri itu punya ceritanya sendiri. Jika ada teror yang sejati, sesungguhnya Sang Misteri itulah teror yang sejati. Karena hanya dia yang bisa mengerti tentang dirinya sendiri, sang segalanya. Maka jika gentar, gentarlah padanya, karena yang lain terlalu sederhana dibandingkannya. Maka dengan demikian tidak perlu takut dengan patah hati, tidak perlu khawatir dengan gagal, tidak perlu ngeri pada hukuman, tidak perlu gentar pada apa pun, kecuali pada Sang Misteri.

Lalu bagaimana dengan mereka yang berpindah agama untuk menyelamatkan keluarganya? Mengapa yang disebut Tuhan diam saja? Atau tidak diam? Apakah Tuhan sungguh-sungguh ada? Untuk itu pun aku tidak tahu, bahkan ketika aku seorang pendeta. Yang aku yakin (jangan tanyakan mengapa aku yakin, aku tak tahu), mengasihi saja cukup. Karena hanya dengan mengasihi kita menyatukan semua bilangan di dunia, menyatukan semua unit, mewujudlah Sang Misteri.

PS: Jangan-jangan yang biasa dikatakan orang-orang dengan begitu sederhana itu benar, bahwa siapakah Sang Misteri, dia tidak lain adalah Cinta, tanpa syarat. Bukankah ini menggelitik, Sang Misteri itu adalah Teror, namun dia juga Cinta.

Gide
Tags :

No comments:

Post a Comment