Whatever you want...

Monday, September 12, 2016

Catatan Sipil Kabupaten Kediri: Berjumpa Manusia

| No comment
Dengan sepenuh hati rasanya aku harus mengapresiasi kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kediri, khususnya di pembuatan Akta Perkawinan. Kerja mereka luar biasa baik dari sisi ketepatan waktu, legislasi, penanganan masyarakat, dan nuansa kerja mereka yang sangat hangat.
Masuk ke kantor yang tak lebih dari empat meja itu, pelapor akan ditemui langsung oleh Bu Maya dan Bu Siti (nama lengkap mereka aku tidak begitu tahu – geblek lah) yang selalu tersenyum dengan hangat. Bukan senyuman palsu dan pabrikan seperti yang biasa disajikan para SPG, tapi senyuman yang sesungguhnya. Dan bukan hanya itu guyonan sepanjang pertemuan akan terus terhidang, sesibuk apa pun mereka. Pak Muhtadin, kepala bagian di sana juga siap membantu dan bercanda di tengah segala aktivitasnya. Satu lagi Pak Suwaji jarang berada di ruangan. Nampaknya beliau lebih ke urusan dokumen di bagian ruangan yang lain.
Bersama mereka, nuansa akrab dan persahabatan seperti saudara lama benar-benar terasa. Satu jam di sana, kami bercerita tentang suaka iklim yang sedang kami buat di Tunglur, tentang pilot project padi organik di sawah jemaat. Kami juga berbicara tentang hidup, dan kami bersepakat bahwa hidup ini sudah berat, jadi tidak usah dibuat tambah berat dengan hal-hal gak penting lah. Aku begitu saja tahu bahwa mereka orang-orang cerdas, sekaligus bijaksana. Kami pun berbicara mengenai UU Perkawinan kami yang seksis. Bagaimana mungkin kolom untuk poligami ada, namun kolom poliandri tidak ada. Kami sampai pada kesimpulan yang sama, “Siapa yang mau dipoligami?” Sekalipun kami bisa memaklumi beberapa orang memang melakukannya karena ingin punya keturuan atau karena beberapa alasan lain. Kami bahkan membahas foto profil Whatsappku yang menampilkan tahun 1965, sebuah cara mengenang tragedi nasional Indonesia.

Aku punya pengalaman bertemu dengan masyarakat dan pegawai di urusan sipil, baik itu di gereja, organisasi sosial kemasrayakatan lain, dan pemerintah. Namun aku berani sumpah, bahwa tidak ada yang sebaik mereka selama ini. Aku berani yakin, hidup yang tidak sekadar dikendarai oleh perihal-perihal teknis mekanis, apalagi transaksiaonal (datang kalau untung, pergi kalau tidak ada gunanya), ketika orang benar-benar dihargai sebagai rekan dan dianggap sebagai manusia utuh adalah cara terbaik memperlakukan manusia. Di mana pun, kapan pun. 
Tags :

No comments:

Post a Comment