Whatever you want...

Saturday, August 6, 2016

Sing Street: Apa Sih yang Gak Dilakukan Buat Cewek Idaman?

| 1 Comment

Pertama kali download pilem ini dari sebuah torrent gratisan (yang melanggengkan karya para hacker pembajak nan lezat) saya membiarkannya beberapa hari di harddisk. Sampai saya disadarkan oleh sebuah nama yang tertempel di sana, John Carney. Waduh mak! Harus ditonton ini, kalau gak saya akan mati penasaran, jadi Kuntilanak - sebentar, gak mungkin, saya kan gak pake daster, ups bisa jadi kan saya pakai daster tiap Minggu di mimbar - atau minimal Jelangkung lah, biar tidak kontroversial.

Pilem bertema musikal ketiga John Carney ini sekali lagi  membuat saya tidak bisa beranjak dari "Oh pancen wong iki gendeng! Goblok!" Setelah Once yang "Halo siapa yang gak tahu Falling Slowly dan If You Want Me?" dan Begin Again yang renyah-renyah kerupuk udang. Saya puwasss dengan seri ketiga ini. Dari ketiganya entah kenapa lagu-lagunya paling ngevibe buat saya, mungkin gak ada single yang akan sememorable dua lagu Once tadi atau Lost Starsnya Begin Again (yang entah kenapa mengingatkan saya sama Hunger Games - mungkin gara-gara ada liriknya 'hunting season'), tapi secara keseluruhan, lagu-lagu di sini benar-benar nampar dan bikin saya gak bangun-bangun dari kasur. Kencing pun kudu ditahan.

Berkat dari menahan kencing dari 1 jam 45 menit adalah saya jadi ingat jaman kecil saya. Pilem ini bersetting tahun 1985, ketika itu saya masih mikroskopis seukuran sel telur dan sperma. Tapi gila nuansa musik-musik semacam yang disajikan di pilem - dengan lead gitar, keyboard synthesizer norak dan dandanan para pemainnya yang bermakeup tebal tapi gak menye-menye - inilah yang bikin saya langung melompat keluar dari rahim mak saya. Musiknya jos, liriknya... sudahlah kita ngomongin John Carney, kan, maka kita gak usah banyak bacot lagi kecuali: smart, witty, catchy, laki, semua berakhiran i. Gak kaget kalo lagunya bakal masuk Oscar atau Grammy. Minimal masuk ke hatiku lah... the riddle of the model ... drive it like you stole it ... apalagi yang ...

It's two o'clock on the edge of the morning
She's running magical circles around my head
I head to ride on a dream she's driving
She turns to kiss me, I crash back into bed.
Across the street on a grayed-out Monday
I see the girl with the eyes I can't describe
And suddeny it's a perfect Sunday
And everything is more real than life.

I think I'm back in the dream
I think I'm back on the ceiling
It's such a beautiful feeling.

Going up
She lights me up
She breaks me up
She lets me up.

OK, baiklah kalau saya bohong kalau lagu-lagunya gak memorable. Lagunya gila! Musiknya gila! Liriknya nemen! Up itu bener-bener bikin saya ngesot, sambil ingat-ingat mbak yang njelehi tapi selalu terbayang itu. Shit!

Ceritanya sangat sederhana, anak sekolah cupu ngepet lihat cewek cantik yang tiap hari nampang di depan sekolahnya. Maka dengan semangat pejuang kemerdekaan dia asal saja ngomong, "Mau jadi model gak? Band kami mau bikin video klip!" Padahal dia gak punya band. Maka dari sanalah cerita dihantar. Si anak cupu ini ngumpulin teman-teman yang gak dikenalnya buat bikin band, sesama cupu yang lain. Tapi ini bukan cupu biasa, bukan karena cupu-cupu malam, tapi mereka cupu-cupu kece  yang dengan musiknya berhasil mengubahku dari suka main Sims 4 jadi balik main Sims 3. Musiknya emang kerasa 80an tapi juga kekinian banget. OK cukup ngomongkan musiknya - halah mana bisa!

Jadi ceritanya sebenarnya sederhana saja, terasa bloon ala film-film coming of age lah, tapi tahu kan film-film coming of age macam Submarine, Juno, Boyhood, Easy A, The Way way Back, Fish Tank, dan sejenisnya mana yang gak ninggalin suasana anget kayak selimutan tebal waktu pagi hujan deras dengan kasurmu mepet jendela dan ada titik-titik air hujan di mukamu. Sedap banget. Dialog-dialognya cheesy tapi gak murahan. Premisnya sederhana: kalau kamu gak kenal seseorang dia akan menjadi luar biasa memukau dan memesona, tetapi begitu kamu mengenalnya ada yang lalu menjadi terbatas. Tapi ....... begitu kamu benar-benar mengenalnya, batasan tadi menjadi seninya. Maka cinta kacangan di awal cerita unik menjadi cerita yang mengalir gak habis-habis a la kembennya Drupadi. Demi memenangkan hati si cewek apa pun dilakukan. Dan saya yakin, banyak cowok yang sebenarnya kayak gitu. Biar dapet hati ceweknya lalu main-main gitar, ada yang lalu jadi juru puisi, tiba-tiba bikin lagu, tiba-tiba sok suka futsal, lalu sok-sok iye. Halah ngaku aja! Kita cowok kan nasibnya sama. Kecuali mereka yang dari lahir sudah keren meren. Kita yang muka dan kemampuan rata-rata nasibnya gitu lah. Halah gak usah sok jual mahal, dijual di bawah harga dasar saja gak laku kok!


Kesederhanaan cerita yang gak asal sok romatis dan sok iye dan mendramatisir keadaan semacam AADC2 itu dibawakan dengan kueren pol oleh aktor-aktor mudanya. Si pemain Cosmo dan Raphina (yang saya bener-benar gak kenal) benar-benar menjadi penggeret cerita yang jempol lima. Si Raphina suwer cantiknya gak ketulungan. Bahkan dengan dandanan kuno dengan rambut sasakan a la sinden wayang kulit dan tante-tante genit pencari gigolo, tapi semua yang tersisa tidak ada yang lain selain kalau orang cantik didandani apa pun ya cantik. Wis lah sing elek gak usah protes, memang ada orang yang ditakdirkan begitu. Gak usah pakai iri, mundak mung lara ati njur bunuh diri. OK mereka bukan Meryl Streep, tapi gak  perlu jadi Meryl Streep lah untuk main film ini. Vibenya sudah kuat dari musik, dialog, dan kegoblokannya.

Pemain lain, teman-temannya Cosmo benar -benar bikin saya"Ini loh aktor muda itu!" Mereka benar-benar jujur dengan aktingnya, tidak berlebihan, tidak kurang. Tapi kalau mau bilang siapa paling juara tentu saja si pemain kakaknya Cosmo, Jack Reynor! Dialah juaranya. Dia berhasil membuat kita ternganga-nganga. Tidak ada yang dipaksakan. Semuanya alami dan seperti melihat keseharian. Dengan dialog mereka yang sangat Irlandia, mereka benar-benar mengcapture sebuah town kecil Irlandia tahun 1980an.

OK! Intinya dibandingin nonton Batman vs Sperma yang kayak tai kebo itu, mending kalian melihat ini! Ini 189 kali lebih baik daripada Ben Affleck yang pake baju ketat (sudahlah Ben, kamu nyutradarai aja gak usah main film, kamu itu jatine sutradara bukan aktor). So recommended!

Tags :

1 comment: