Konsep mezbah lahir dari sebuah tradisi yang sangat dekat dengan kehidupan orang Yahudi: perdiangan dapur dan meja makan. Tempat seluruh anggota keluarga berkumpul dan menikmati berkat paling sederhana, makanan. Dari sana mezbah lalu tumbuh dalam kompleksitasnya, hingga akhirnya menjadi tempat pengurbanan bahkan altar.
Keluarga adalah kompleks teologi pertama bagi agama-agama Abraham. Mari melihat Kejadian, hampir segala hal teologis hingga masalah yang dihadirkan di sana adalah tentang keluarga. Masalah utama Abraham adalah anaknya, masalah utama Ishak adalah Ribka, masalah utama Yakub adalah kembarannya, masalah utama Yusuf adalah saudara-saudaranya. Kemunculan Allah dalam konteks Kejadian selalu ketika keluarga ini bermasalah. Allah hadir kepada Abraham ketika dia tidak mempunyai keturunan, Allah hadir kepada Yakub setelah dia berpisah dengan Esau dan sebelum perjumpaan mereka kembali, mimpi paling vital dalam hidup Yusuf dalam tentang hubungan dengan keluarganya. Maka keluarga itu spiritual. Spiritual apa pun yang meninggalkan lingkaran keluarga adalah lupa akar. Bahkan bisa dibilang, pertentangan tanpa henti antara kelompok Ishak dan kelompok Ismael hari ini, sesungguhnya adalah masalah keluarga antara anak dari istri pertama dan anak dari istri kedua.
Ketika Yakub nanti menjadi Israel, kompleksitas masalah keluarga ini menjadi kompleksitas masalah nasional. Toh demiikian, garis Mesianis, sebagai penyatu dari keterpecahan dan karut marut internasional tetap pertama-tama berangkat dari garis darah. Demikianlah Cyrus hingga Barkhoba tidak akan benar-benar menjadi Mesias. Sedangkan Yesus harus diurutkan garisnya dari Abraham dan Daud untuk menjadi sah menjadi Mesias.
Sebuah keprihatinan yang muncul hari ini adalah ketika ikatan keluarga ini melonggar karena semangat utilitarianisme yang transaksional. Hari ini orang sudah malas datang ke reuni-reuni keluarga. Terutama yang muda. Seorang sahabat mengatakan "Orang tua ngopeni anak papat isa, tapi anak papat ngopeni wong tuwane ra isa." Segala sesuatu menjadi sangat individualis, menjadi seolah tidak individualis ketika ada perlunya. Itu pun sebenarnya sangat egois di dalam.
Sebuah keprihatinan yang muncul hari ini adalah ketika ikatan keluarga ini melonggar karena semangat utilitarianisme yang transaksional. Hari ini orang sudah malas datang ke reuni-reuni keluarga. Terutama yang muda. Seorang sahabat mengatakan "Orang tua ngopeni anak papat isa, tapi anak papat ngopeni wong tuwane ra isa." Segala sesuatu menjadi sangat individualis, menjadi seolah tidak individualis ketika ada perlunya. Itu pun sebenarnya sangat egois di dalam.
Jika kembali mengingat bahwa keluarga itu spiritual, maka betapa mengerikan ketika keluarga terpecah belah. Keluarga bermusuhan dan saling meniadakan. Allah sendiri bahkan menggambarkan hubungannya dengan Israel dan para terjanji serupa hubungan mempelai. Perebutan warisan hingga perebutan kekuasaan dengan saudara, permusuhan hingga penghabisan keluarga adalah tidak senonoh.
Pada masa Yesus keluarga ini meluas, tentang anak yang akan menguburkan orang tuanya, atau tentang Yesus yang mengatakan sebentar ketika ibu dan saudaranya datang mengunjunginya. Namun tentu pada saat yang sama kita mengingat Maria sang ibu yang mengikuti ke mana pun anaknya itu pergi. Bahkan di ujung nyawanya, sang anak masih sempat menitipkan sang ibu pada murid yang paling dikasihinya, "Anak itulah ibumu, ibu itulah anakmu!" Memastikan bahwa sang ibu baik-baik saja. Gambaran keluarga baru yang digambarkan Yesus memang tingkat advance bagi sebuah basis keluarga dalam kitab Ibrani. Namun sayang jika demi yang advance ini lantas orang meninggalkan keluarga yang paling mendasar: suami, istri, anak, orang tua, saudara.
Sebagai langkah selanjutnya, setelah keluarga ini kokoh. Keluarga tidak pernah berdiri semata-mata sebagai gambaran semata humanis. Keluarga adalah spiritual. Hal itu berarti bahwa keluarga tidak pernah lepas dari hubungannya dengan Allah. Jika demi keluarga seseorangmeninggalkan Allah, bisa jadi tetap humanis, tapi pada saat itu menjadi lupa apakah dasar pembentuk keluarga. Karena keluargalah tempat mezbah pertama berdiri. Dan dari sanalah segala tradisi religius berkembang.
Maka, selamat berkeluarga!
No comments:
Post a Comment