salah satu pendekatan untuk kisah yakub berkelahi dengan (malaikat) Allah
demikianlah sebuah ungkapan jawa yang bagiku menggambarkan perjumpaan (malaikat) Allah dengan yakub dalam kejadian 32: 22-32 adalah bagaimana sang Allah yang berkelahi dengan yakub yang dimenangkanNya dengan sangat puitis. kisah perkalahian ini bagiku seperti baris-baris puisi, salah satu yang terindah dalam kitab kejadian. kisahnya yang puitis bukan bahasanya atau yang lain.
kisah ini aneh, karena tiba-tiba muncul di tengah deret kisah yakub dengan masa lalunya yang tak selesai, esau. bagiku, hanya dengan menyelesaikan kisah esaulah yakub bisa pindah ke cerita berikutnya, dan penulis kejadian meredaksi kisah cerita ini dengan, bagiku, sempurna. di tengah kekhawatiran yakub bertemu kembali dengan esau, tiba-tiba ada perkelahian tanpa motif, tanpa asal-usul, tanpa kejelasan mengapa muncul dan diletakkan di sana. namun bagi pembacaan naratif, jelas kisahini diletakkan di sana bukan tanpa makna. maka aku membacanya sebagai pembaca hari ini.
adalah aneh seseorang berkalahi dengan (malaikat) Allah tetapi pertandingan itu tanpa pemenang. bukankah malaikat digambarkan dengan begitu perkasa, tiga orang saja mampu meluluhlantakkan sodom dan gomora, sejak malaikat menjaga pohon kehidupan dengan pedang mereka di eden, tak ada lagi yang bisa mendekati pohon itu. dan jenis yang demikian berkelahi dengan yakub tidak bisa menang? apa-apaan ini? dan anehnya usai perkelahian tanpa kemenangan kecuali sendi pangkal paha yang terdampak itu, ada pertanyaan yang sama-sama tidak lazim "siapa namamu?" gila, berarti tadi bukan hanya berkelahi tanpa alasan, tapi juga berkelahi dengan siapa tidak tahu. ok lah ini kisah etiologis, asal muasal orang israel tidak makan daging pangkal paha, tapi mengapa harus diletakkan di tengah kemunculan kembali esau dalam daur hidup seorang yakub. sudah geser nih otaknya para penulis dan peredaksi kejadian!
atau tidak, tapi ada sesuatu yang lain. kalau mau membaca kisah ini dalam struktur kiasmus akan didapatkan sebuah bagan demikian:
a: esau
b: (malaikat) Allah
a`: esau
maka mau tidak mau cerita b adalah cerita yang justru paling penting. maka aku mencoba-coba bertanya lagi, jika otakknya para penulis dan peredaksi kejadian tidak geser, apa maksud dari diletakkannya kisah ini di sini?
dan aku menemukan sebuah kesimpulan sederhana. ini bukan sekadar kisah gampangan, ini kisah puitis tadi. aku melihatnya demikian, bahwa perkelahian ini bisa jadi bukan perkalahian yang terjadi dalam alam manusia, bukan di panggung, tetapi perkelahian di benak yakub. tapi ini bukan perkelahian imajiner, ini perkelahian sungguhan, bahwa dalam benak yakub dia benar-benar berkelahi dengan Allah. tidak ada yang memenangkan perkalahian itu, karena baik Allah ataupun yakub sama-sama tidak mau kalah. perkelahian apa yang Allah bahkan tidak bisa menang? aku menduga ketika ini muncul dalam kisah esau, inilai sebenarnya defense mechanism seorang yakub, egonya.
dalam kaitan dengan esau, Allah mengingatkan bahwa yakub salah, dan yakub sadar itu, tapi dia tidak berhenti membela diri. apa kehebatan manusia selain ngeles dan membela diri. jika ada yang bertengkar, pasti yang salah itu bukan saya tapi dia. atau yang salah itu yang lain, yang salah itu mereka, atau keadaan. yakub membela dirinya habis-habisan. dan Allah saja bahkan tidak bisa menembusnya. behkan ketika dia dipincangkan pun tetap saja Allah tidak bisa mengalahkan yakub. pertahanan diri yakub begitu kuat. sampai pagi (menjelang perjumpaannya dengan esau) tetap saja tidak ada pemenangnya. sang Allah tak mau kalah, sang manusia tak mau kalah walaupun sudah dipincangkan. bukankah kita demikian, walaupun Allah sudah memukul kita secara fisik, defense mechanism kita tetap saja bergerak. saya tidak salah yang dia! yang salah pacar saya, yang salah suami saya, adik saya, teman saya, orang tua saya. saya korban. saya tidak salah! saya benar! bagaimana bisa mengalahkan yang demikian? tidak bisa.
ketika Allah sudah akan mengatakan ya wis sak karepmu, tiba-tiba yakub menahan orang itu dan meminta berkat. apa? meminta berkat dari lawan? jika dipahami sebagai harafiah, ini sulit dimengerti, namun jika dipahami secara perkelahian benak tadi jadi mungkin. apa pun mungkin terjadi di benak.
dan inilah yang istimewa. orang itu bertanya kepada yakub, "siapa namamu?" dan yakub menjawab "yakub" diessss! inilah momen kekalahan yakub. Allah tidak bisa mengalahkan yakub dalam perkelahian melawan defense mechanism-nya. tapi di sini yakub tidak bisa tidak langsung kalah telak. loh kok kalah, iya karena dia mengaku bahwa dia yakub. "namaku yakub, aku si penipu" (bdk kej 27: 36) kekalahan yang tidak disadarinya. dan tidak perlu diungkit-ungkit lagi. yang jelas yakub tanpa disadarinya sudah kalah. dia tidak bisa membela diri lagi, namanya adalah yakub si penipu. maka sekuat apapun defense mechanism-nya, dia tidak bisa mengelak dari kesungguhan siapakah dirinya. maka masuk akal jika orang itu lantas mengatakan, "sudah setelah ini namamu bukan lagi si penipu, engkau adalah Israel - kekasih Allah" ada upaya pendamaian diri dan pendamain dengan Allah yang tidak disadari oleh yakub sendiri. berdamai dengan diri memang perkelahian yang tidak mudah, dan Allah toh tidak kehabisan cara untuk mencapai diri sejati seseorang. yakub sendiri akhirnya mengakui bahwa syukur-syukur dia masih bisa hidup setelah melihat Allah (pniel - panim +el: wajah Allah). Allah telah memenangkan pertandingan, tapi bukan kemenangan yang perlu diworo-worokan ke segala penjuru dunia, bahkan kita pembaca atau yakub pun tidak menyadari kemenangan itu. tahu-tahu yakub berubah menjadi israel dan berdamai dengan diri sendiri dan Allah.
tanpa pendamaian dengan diri sendiri dan Allah mustahil yakub bisa berdamai dengan esau. dan kita tahu setelah itu, seorang esau yang beringas justru memeluk adik yang dulu dikecamnya hidup mati itu. dia mendadak pribadi lembut yang memaafkan saudaranya yang penipu bangsat itu. bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi. secara spiritual, setelah seseorang berjumpa dan berdamai dengan diri sendiri dan Allah, seperti Bima dan Dewaruci, sudah tidak ada lagi yang mustahil. pembelaah diri hanya akan berakhir pada kecelakaan satu dan berikutnya, namun pendamaian dengan diri sendiri dan Allah adalah jalan bagi segala hal. lihat Yesus, ketika dia ditangkap sampai disalib, apakah dia pernah membela diri? tidak. karena pembelaan diri itu tidak penting. mau disalahkan, mau dilihat dunia geblek, mau dipandang seperempat mata oleh dunia, kalau sudah selesai dengan diri sendiri dan Allah, selesailah semuanya, masalah berikutnya akan datang (kedua belas suku israel) tapi sudah bukan esau lagi terus menerus. kalau nanti anak-anak israel tukaran terus dengan anak-anak esau ya wis, saudara kembar memang begitu - antara order dan chaos itu memang tidak bisa disatukan, tapi juga tidak bisa ditiadakan. namanya saja kembar.
kisah ini aneh, karena tiba-tiba muncul di tengah deret kisah yakub dengan masa lalunya yang tak selesai, esau. bagiku, hanya dengan menyelesaikan kisah esaulah yakub bisa pindah ke cerita berikutnya, dan penulis kejadian meredaksi kisah cerita ini dengan, bagiku, sempurna. di tengah kekhawatiran yakub bertemu kembali dengan esau, tiba-tiba ada perkelahian tanpa motif, tanpa asal-usul, tanpa kejelasan mengapa muncul dan diletakkan di sana. namun bagi pembacaan naratif, jelas kisahini diletakkan di sana bukan tanpa makna. maka aku membacanya sebagai pembaca hari ini.
adalah aneh seseorang berkalahi dengan (malaikat) Allah tetapi pertandingan itu tanpa pemenang. bukankah malaikat digambarkan dengan begitu perkasa, tiga orang saja mampu meluluhlantakkan sodom dan gomora, sejak malaikat menjaga pohon kehidupan dengan pedang mereka di eden, tak ada lagi yang bisa mendekati pohon itu. dan jenis yang demikian berkelahi dengan yakub tidak bisa menang? apa-apaan ini? dan anehnya usai perkelahian tanpa kemenangan kecuali sendi pangkal paha yang terdampak itu, ada pertanyaan yang sama-sama tidak lazim "siapa namamu?" gila, berarti tadi bukan hanya berkelahi tanpa alasan, tapi juga berkelahi dengan siapa tidak tahu. ok lah ini kisah etiologis, asal muasal orang israel tidak makan daging pangkal paha, tapi mengapa harus diletakkan di tengah kemunculan kembali esau dalam daur hidup seorang yakub. sudah geser nih otaknya para penulis dan peredaksi kejadian!
atau tidak, tapi ada sesuatu yang lain. kalau mau membaca kisah ini dalam struktur kiasmus akan didapatkan sebuah bagan demikian:
a: esau
b: (malaikat) Allah
a`: esau
maka mau tidak mau cerita b adalah cerita yang justru paling penting. maka aku mencoba-coba bertanya lagi, jika otakknya para penulis dan peredaksi kejadian tidak geser, apa maksud dari diletakkannya kisah ini di sini?
dan aku menemukan sebuah kesimpulan sederhana. ini bukan sekadar kisah gampangan, ini kisah puitis tadi. aku melihatnya demikian, bahwa perkelahian ini bisa jadi bukan perkalahian yang terjadi dalam alam manusia, bukan di panggung, tetapi perkelahian di benak yakub. tapi ini bukan perkelahian imajiner, ini perkelahian sungguhan, bahwa dalam benak yakub dia benar-benar berkelahi dengan Allah. tidak ada yang memenangkan perkalahian itu, karena baik Allah ataupun yakub sama-sama tidak mau kalah. perkelahian apa yang Allah bahkan tidak bisa menang? aku menduga ketika ini muncul dalam kisah esau, inilai sebenarnya defense mechanism seorang yakub, egonya.
dalam kaitan dengan esau, Allah mengingatkan bahwa yakub salah, dan yakub sadar itu, tapi dia tidak berhenti membela diri. apa kehebatan manusia selain ngeles dan membela diri. jika ada yang bertengkar, pasti yang salah itu bukan saya tapi dia. atau yang salah itu yang lain, yang salah itu mereka, atau keadaan. yakub membela dirinya habis-habisan. dan Allah saja bahkan tidak bisa menembusnya. behkan ketika dia dipincangkan pun tetap saja Allah tidak bisa mengalahkan yakub. pertahanan diri yakub begitu kuat. sampai pagi (menjelang perjumpaannya dengan esau) tetap saja tidak ada pemenangnya. sang Allah tak mau kalah, sang manusia tak mau kalah walaupun sudah dipincangkan. bukankah kita demikian, walaupun Allah sudah memukul kita secara fisik, defense mechanism kita tetap saja bergerak. saya tidak salah yang dia! yang salah pacar saya, yang salah suami saya, adik saya, teman saya, orang tua saya. saya korban. saya tidak salah! saya benar! bagaimana bisa mengalahkan yang demikian? tidak bisa.
ketika Allah sudah akan mengatakan ya wis sak karepmu, tiba-tiba yakub menahan orang itu dan meminta berkat. apa? meminta berkat dari lawan? jika dipahami sebagai harafiah, ini sulit dimengerti, namun jika dipahami secara perkelahian benak tadi jadi mungkin. apa pun mungkin terjadi di benak.
dan inilah yang istimewa. orang itu bertanya kepada yakub, "siapa namamu?" dan yakub menjawab "yakub" diessss! inilah momen kekalahan yakub. Allah tidak bisa mengalahkan yakub dalam perkelahian melawan defense mechanism-nya. tapi di sini yakub tidak bisa tidak langsung kalah telak. loh kok kalah, iya karena dia mengaku bahwa dia yakub. "namaku yakub, aku si penipu" (bdk kej 27: 36) kekalahan yang tidak disadarinya. dan tidak perlu diungkit-ungkit lagi. yang jelas yakub tanpa disadarinya sudah kalah. dia tidak bisa membela diri lagi, namanya adalah yakub si penipu. maka sekuat apapun defense mechanism-nya, dia tidak bisa mengelak dari kesungguhan siapakah dirinya. maka masuk akal jika orang itu lantas mengatakan, "sudah setelah ini namamu bukan lagi si penipu, engkau adalah Israel - kekasih Allah" ada upaya pendamaian diri dan pendamain dengan Allah yang tidak disadari oleh yakub sendiri. berdamai dengan diri memang perkelahian yang tidak mudah, dan Allah toh tidak kehabisan cara untuk mencapai diri sejati seseorang. yakub sendiri akhirnya mengakui bahwa syukur-syukur dia masih bisa hidup setelah melihat Allah (pniel - panim +el: wajah Allah). Allah telah memenangkan pertandingan, tapi bukan kemenangan yang perlu diworo-worokan ke segala penjuru dunia, bahkan kita pembaca atau yakub pun tidak menyadari kemenangan itu. tahu-tahu yakub berubah menjadi israel dan berdamai dengan diri sendiri dan Allah.
tanpa pendamaian dengan diri sendiri dan Allah mustahil yakub bisa berdamai dengan esau. dan kita tahu setelah itu, seorang esau yang beringas justru memeluk adik yang dulu dikecamnya hidup mati itu. dia mendadak pribadi lembut yang memaafkan saudaranya yang penipu bangsat itu. bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi. secara spiritual, setelah seseorang berjumpa dan berdamai dengan diri sendiri dan Allah, seperti Bima dan Dewaruci, sudah tidak ada lagi yang mustahil. pembelaah diri hanya akan berakhir pada kecelakaan satu dan berikutnya, namun pendamaian dengan diri sendiri dan Allah adalah jalan bagi segala hal. lihat Yesus, ketika dia ditangkap sampai disalib, apakah dia pernah membela diri? tidak. karena pembelaan diri itu tidak penting. mau disalahkan, mau dilihat dunia geblek, mau dipandang seperempat mata oleh dunia, kalau sudah selesai dengan diri sendiri dan Allah, selesailah semuanya, masalah berikutnya akan datang (kedua belas suku israel) tapi sudah bukan esau lagi terus menerus. kalau nanti anak-anak israel tukaran terus dengan anak-anak esau ya wis, saudara kembar memang begitu - antara order dan chaos itu memang tidak bisa disatukan, tapi juga tidak bisa ditiadakan. namanya saja kembar.
No comments:
Post a Comment