Whatever you want...

Tuesday, April 19, 2016

Semalam Aku Berjalan di Eden

| No comment
Semalam aku berjalan di Eden. Dan aku melihat mereka bergumul, TUHAN dan ular. Bukan, mereka tidak sedang berkelahi, tetapi sedang memperdebatkan tentang manusia. Manusia itu dipilih untuk menjadi yang mengingat dari semuanya, tetapi mereka justru paling kerap memilih lupa.
Mereka mendengar gemerisikku di balik dedaunan. Si ular menoleh dan berjalan mendekatiku, "Kemarilah, jangan takut!" TUHAN menyapaku dengan senyuman. Lalu aku datang hendak bersujud, tetapi dia memelukku. Dan menciumku. Aku merasakan air matanya yang mengalir. Demikian pula sesaat kulihat ke sebelah, mata sang ular pun berkaca-kaca.
"Lihat ini!" Ujar TUHAN. Dia menampakkan gambar bentang tak keruan. Karut marut penuh carut marut. "Ini sebelum semuanya." Dia menatapku, sambil mengusap air matanya. "Dan ini sesudah semuanya." Dia menunjukkan gambar lain. Tidak ada yang berbeda. Aku menatapnya bergantian dengan tatapanku kepada sang ular.
"Selalu akan ada tarikan antara karut marut dan struktur. Itu abadi. Tapi hari ini struktur berhimpit dengan karut marut. Kamu tahu apa artinya?" Tanya sang ular. Dan aku menggeleng, jujur. "Akhir," ujarnya, "dari segalanya."
"Ketika taman ini dibangun.Mereka berpikir bahwa mereka tahu segalanya. Tapi nyatanya mereka lupa." Ujar TUHAN.
"Bukankah kau yang membangun taman ini dan menempatkan mereka di sini?" Sanggahku pada TUHAN. "Dan kau menggoda mereka?" Aku menatap mata ular yang berdesir beraneka warna. Tapi mereka hanya diam dan bertatapan. Tatapan yang menyirat pergumulan hebat mereka.
"Pulanglah, Eden sudah berbahaya sekarang. Serafim akan mengantarmu." Sesosok makhluk berkaki empat, seperti singa jantan, bersayap burung rajawali, berbadan lembu dan berkepala manusia mengantar jalanku. "Siapa kamu?" Dia tidak bersuara, tidak hendak menjawab juga, hanya mengantarku berjalan keluar Eden.
Tags :

No comments:

Post a Comment