Sejak penderitaan yang terlalu berat melumpuhkan tulang dan sumsum bangsa itu paska perpecahan, sejak itu juga semuanya mendadak serba kacau: perusakan kultur, pemerasan dan perampasan, pembuangan, hingga penghancuran identitas.
Pada saat seperti itu deklasrasi dikumandangkan para nabi berkait tema akan lahir dari garis keturunan Daud, seorang anak kandung Israel, dia akan menyelamatkan dan memenangkan kepemimpinan atas umat Israel. Bahkan bukan hanya itu, kemuliaannya akan malampaui Daud. Harapan sejuk di tengah musim kering penderitaan.
Namun berganti gilir, tekanan demi tekanan tak habis-habis. Kenangan akan gambar masa lalu, Israel Bersatu itu, semakin menjauh bersama dengan jarak waktu yang semakin melebar.
Yosia yang hampir memenuhi takdir itu bertemu dengan Neko II sang Mesir, dan akhirnya tewas dalam sebuah pertempuran di Megido. Koresh sang Persia itu sekalipun telah mengijinkan bangsa itu pulang ke tanah airnya, jelas-jelas tidak bisa memenuhi kualifikasi keturunan Daud, Zerubabel lalu muncul sebagai sosok idaman itu, seorang gubernur yang memimpin bangsa itu pulang. Ditambah lagi kenyataan bahwa sang gubernur adalah cucu Yoyakhin garis keturunan terakhir dari wangsa kerajaan Daud. Tapi toh nyatanya gambaran Israel paska pembuangan yang masih begitu rentan membuat mereka meragukan sosoknya.
Namun hanya dua sosok yang benar-benar ditulis sebagai Mesias oleh berbagai tradisi: Yesus dari Nazaret yang disebutkan oleh Flavius Yosefus dan Simon Ben Koshiba (Simon Bar Khoba) sebagaimana dituliskan oleh beberapa tradisi rabinik.
Yesus dari Nazaret mengadakan perubahan konsep Mesias besar-besaran. Gambaran fisik dan material akan diri Mesias berubah menjadi gambaran eskatologis murni (walaupun para nabi toh sudah mengindikasikan itu, nature sebuah ramalan). Namun toh kematian pria muda itu (bahkan oleh bangsanya sendiri) membuat gambaran Mesias semakin jauh panggang dari api. Ketika Simon Bar Khoba berhasil melawan pasukan Romawi, namun bersama dengan dengan itu dia melawan habis-habisan orang Kristen kecuali jika mereka mau menyangkan kemesiasan Yesus. Maka banyak yang mengatakan bahwa sang pejuang itu adalah pribadi yang takut dengan akan adanya mesias tandingan. Muncul pertanyaan bagaimana mungkin sosok yang demi menjaga kemurnian Yudaisme sampai hati menghancurkan bangsanya sendiri adalah Mesias.
Maka hingga kini sosok Mesias tersisa sebagai gambar yang samar-samar, mereka yang masih percaya menghargainya sebagai penantian akan raja eskatologis. Beberapa memilih meninggalkan mimpi masa lalu itu. Lebih banyak yang demikian. Mereka lalu hidup untuk diri dan kedirian, melingkupi wajah dengan barter keuntungan.
Jika ada yang dilupakan bisa jadi itu adalah cerita asali. Bahwa perpecahanlah yang membuat mereka mempercayai sang Mesias itu. Yesus dari Nazaret dengan konsep Mesianik eskatologisnya pernah ditanya oleh para muridnya kapan dia akan membangkitkan kerajaan Israel. Tapi jawaban sang guru itu sederhana, "Ketika Roh Kudus dicurahkan atasmu, maka kau akan ..." Bahwa Mesias sebagaimana konsep Ebd YHWH adalah konsep komunal ketimbang personal. Bahwa kebersatuan itu tidak berpijak pada sesosok pribadi, tapi pada sebuah kebersatuan sistemik yang mempertimbangkan semuanya. Sang Roh itu hadir dan mendukung sebuah perjuangan bersama, tidak berpaut sekadar pada satu orang. Perjuangan ini perjuangan bersama dalam terang Sang Roh. Tungguh pohon jawi-jawi yang tumbuh setelah penebangan itu tidak semata menyasar pada satu individu, tapi pohon yang sama secara utuh. Mengutuhkan Yerusalem, Yudea, Samaria yang terpecah belah, bahkan sampai ujung bumi.
Maka semakin terpecah belah bangsa itu, semakin jauhlah mereka dari Sang Mesias.
No comments:
Post a Comment