Ada orang-orang domestik, yang seneng di rumah. Mereka adalah ibu dan bapak rumah tangga yang baik. Mereka mencintai dengan memberikan rasa aman dan tenang. Mereka duduk di rumah dengan menyeduh teh dan melihat anak-anak bermain di halaman. Mereka senang sesekali bepergian, tapi mereka akan segera mengingat rumah. Mereka adalah sebuah kurva seri yang tidak terlalu banyak melengkung, sekalinya melengkung, mereka akan punya cara untuk kembali menemukan arah kurva mereka. Mereka adalah pecinta. Mereka stabil dan tidak gampang goyah. Mereka tahu menempatkan diri, bahkan bersembunyi dengan sempurna. Mereka mencintai pria mapan dan perkasa, atau perempuan yang anggun dan cantik. Bagi mereka dunia terbaik adalah yang mereka miliki sekarang, mereka tahu arti bersyukur. Mereka memegang Tuhan dan dekat denganNya. Mereka senang menyelesaikan konflik, karena bagi mereka tidak ada gunanya berkonflik. Mereka adalah pendamai dan jujur. Tulus tidak terkira. Sederhana. Atasnya, goncang mereka dan mereka akan segera limbung.
Tapi juga ada pejalan. Mereka tidak bisa diam di suatu tempat dengan jenak. Hidup mereka bukan di rumah. Tembok tidak mengurungi mereka. Mereka berteman dengan hujan dan hutan. Mereka bisa berbicara dengan sungai, dengan gunung, dengan pasir, dengan air mata. Mereka bisa tinggal di mana pun kaki mereka berpijak. Dalam urusan romantis, mereka tak mainstream. Mereka mengunyah kerikil dan mencintai duri. Demi itu, mereka selalu tinggal dalam kesunyian dan kesendirian yang akut. Tempo mereka cepat. Mereka adalah genderang perang. Mereka menciptakan kawan dengan sangat sangat lekat, tetapi juga musuh dengan sangat tajam. Banyak orang yang mengidamkan untuk menjadi pejalan, karena pejalan eksotis. Karena itu para pejalan pun mencintai segala hal yang eksotis. Jika kau ingin membunuh mereka, mudah: suruh mereka diam, dan mereka akan tamat.
Tapi ada juga ikan dan sebagaimana ikan, mereka menyukai pantai. Mereka adalah batas ambang antara panas dan dingin. Mereka tidak bisa disebut terang atau gelap. Mereka dipuja ketika seseorang begitu dekat dengannya, tapi begitu dibenci ketika seseorang memilih mundur beberapa langkah. Mereka adalah lukisan. Lembut dan keras seperti bakpau berisi tulang. Mereka adalah perantau. Tinggal di satu tempat sebentar, lalu pergi lagi. Mereka tak punya kurungan, tapi beda dengan pejalan, mereka selalu punya shelter. Mereka misterius pada dirinya sendiri. Mereka dalam dan landung. Ketika orang melihat mereka, orang tidak akan bisa menangkap apa yang ada di benak mereka. Mereka pembunuh bayaran, tapi bukan demi uang, mereka menyukai ketika melihat kematian. Karena itu kenangan atas mereka selalu indah dan sadis. Mereka adalah yang paling senang mematahkan hati. Dan mereka tahu caranya mematahkan hati dengan fenomenal. Tapi ketika bertemu dengan sosok yang paling mereka idamkan, mereka diam.
Jadi domestik kalah dengan pejalan, pejalan kalah dengan ikan, ikan kalah dengan domestik.
Tapi juga ada pejalan. Mereka tidak bisa diam di suatu tempat dengan jenak. Hidup mereka bukan di rumah. Tembok tidak mengurungi mereka. Mereka berteman dengan hujan dan hutan. Mereka bisa berbicara dengan sungai, dengan gunung, dengan pasir, dengan air mata. Mereka bisa tinggal di mana pun kaki mereka berpijak. Dalam urusan romantis, mereka tak mainstream. Mereka mengunyah kerikil dan mencintai duri. Demi itu, mereka selalu tinggal dalam kesunyian dan kesendirian yang akut. Tempo mereka cepat. Mereka adalah genderang perang. Mereka menciptakan kawan dengan sangat sangat lekat, tetapi juga musuh dengan sangat tajam. Banyak orang yang mengidamkan untuk menjadi pejalan, karena pejalan eksotis. Karena itu para pejalan pun mencintai segala hal yang eksotis. Jika kau ingin membunuh mereka, mudah: suruh mereka diam, dan mereka akan tamat.
Tapi ada juga ikan dan sebagaimana ikan, mereka menyukai pantai. Mereka adalah batas ambang antara panas dan dingin. Mereka tidak bisa disebut terang atau gelap. Mereka dipuja ketika seseorang begitu dekat dengannya, tapi begitu dibenci ketika seseorang memilih mundur beberapa langkah. Mereka adalah lukisan. Lembut dan keras seperti bakpau berisi tulang. Mereka adalah perantau. Tinggal di satu tempat sebentar, lalu pergi lagi. Mereka tak punya kurungan, tapi beda dengan pejalan, mereka selalu punya shelter. Mereka misterius pada dirinya sendiri. Mereka dalam dan landung. Ketika orang melihat mereka, orang tidak akan bisa menangkap apa yang ada di benak mereka. Mereka pembunuh bayaran, tapi bukan demi uang, mereka menyukai ketika melihat kematian. Karena itu kenangan atas mereka selalu indah dan sadis. Mereka adalah yang paling senang mematahkan hati. Dan mereka tahu caranya mematahkan hati dengan fenomenal. Tapi ketika bertemu dengan sosok yang paling mereka idamkan, mereka diam.
Jadi domestik kalah dengan pejalan, pejalan kalah dengan ikan, ikan kalah dengan domestik.
No comments:
Post a Comment