Whatever you want...

Wednesday, January 21, 2015

Amarah

| No comment
Kalau langit malam ini berwarna merah, aku rasa bukan karena cerita berdarah yang diceritakannya hari ini. Karena hari ini semuanya sebenarnya baik-baik saja. Tetapi semata karena kemarin malam aku menutup mata dengan perasaan eneg yang membuncah. Entah apakah semuanya serba terlambat? Ketika itu seorang pria dengan alis yang tersambung berusaha untuk membenarkan dirinya dengan mengatakan sebuah alasan yang setipis udara di portal Bukit Jambul-nya Supernova Partikel. 

Aku menjerang kesal di atas tungku kekesalanku yang ditertawakannya. Benar saja, bahwa tidak seharusnya tungku itu mengobar terlalu besar. Aku seharusnya tidak menggunakan kata besar, tapi aku kehilangan kata-kataku, aku tak menemukan padanan yang sejajar dengan apa yang sempat tergambar magar-magar di benakku. Aku tidak mungkin memakai kata kekar, karena entahlah kata itu membawaku pada gambaran pria-pria L-Men yang menjijikkan. Heil to the body!

Dia melakukannya tanpa maksud. Sebagaimana biasanya. Tetapi perjudian yang dia lakukan terlalu kekanakan, sekalipun toh membuatnya memenangkan pertarungan. Tapi apa lacur aku sudah terlanjur hancur lebur. Dan ditambahnya, "banyak yang cemburu". Pikirnya itu mampu menaikkan harga jualnya. Tapi sudahlah, aku semakin menghitungnya murah. Terlalu ingin dipuja-puji selayak Siwa. Tahukah kamu bahwa aku adalah Durga yang mengobarkan kemarahan seorang Uma yang sudah mengorbankan banyak hal hanya demi berjumpa. 

Bumi selalu tempat yang menyesuaikan diri. Dua kali kiamat yang dialaminya, tak membuat orang terjaga. Termasuk aku. Memang benar jika ada yang berhasil menyelamatkan dunia, itu adalah jasa para renik yang tak terhitung banyaknya karena mereka tak kasat mata. Tapi demikianlah selofon hanya terasa kalau disentuh, tidak ketika ditatap. Dan manusia hari ini adalah penggegar tatapan mata. Mereka mulai lupa pada denging, rasa yang melekat di lidah, apalagi sentuhan. Kalau aku manusia, maka aku pun termasuk di dalamnya. 

Sayang, kamu sudah mengecewakanku. Atau aku mengecewakan diriku sendiri. Entahlah. Tapi kamu telah berhasil membunyikan lonceng amarahku. Dan amarahku bukan sesuatu yang gampang dibayar. Aku tak lagi berpikir neraka atas amarah ini. 

Bukankah ozon melindungi bumi? Tapi manusia sendiri gegilaan merusaknya. Selamat!

Entahlah, aku tak butuh dicintai dengan luasan. Tidak juga dengan volume. Aku hanya butuh kedalaman. Aku tak butuh lima, sepuluh, sejuta sepertimu. Lalu bangga ketika terlalu banyak orang cemburu dan memujamu. Lalu kau berpesta dan bersorak menyaksikan betapa hebatnya dirimu. Betapa pentingnya dirimu bagi para penggemarmu. Bagaiman mungkin kau menyuruhku tinggal di rumah, kalau kamu sendiri tak pernah menyediakan tempat bernaung untukku. 

It's always the same. For some reasons, it's not so easy for loving me. Maybe I'm not someone that is really proper to be loved. But I have my right, right? If you don't get it I'm sorry, even it is hard, I will leave you behind. 
Tags :

No comments:

Post a Comment