Semalam aku bermimpi. Dan mimpi itu membuatku tidak nyaman sampai terjaga.
Aku bermimpi aku dimutasi dari Tunglur ke sebuah tempat baru, aku tidak tahu tempat itu, dan tempat itu pun tidak mengenalku. Ada seorang tua, dia majelis dedengkotnya tempat itu. Dia baik kepadaku, tetapi aku langsung membacanya sebagai orang yang dihormati atau ditakuti di tempat itu. Tinggal menunggu waktu saja kami berkonflik.
Dia punya cerita hebat di tempat itu. Dan tempat baru itu penuh dengan cerita tentangnya. Semua penjuru sudut tempat baru itu menjuruskan ceritanya kepada sang majelis tua itu. Entahlah aku tiba-tiba merasa rentan di sana. Mendapatkan diri kita bukan siapa-siapa, dan gelar yang disematkan kepada kita ternyata hanya sebatas gelar, bukan pencapaian, sesuatu yang hanya dihormati secara normatif saja rasanya tidak membuatku merasa tenang.
Apakah aku masih sedemikian rupa dalam diriku ingin dihargai dan dihormati? Apakah aku harus terus berjuang melawan ini? Benarkah kerendahhatian dan peace people adalah jawaban?
Aku bermimpi aku dimutasi dari Tunglur ke sebuah tempat baru, aku tidak tahu tempat itu, dan tempat itu pun tidak mengenalku. Ada seorang tua, dia majelis dedengkotnya tempat itu. Dia baik kepadaku, tetapi aku langsung membacanya sebagai orang yang dihormati atau ditakuti di tempat itu. Tinggal menunggu waktu saja kami berkonflik.
Dia punya cerita hebat di tempat itu. Dan tempat baru itu penuh dengan cerita tentangnya. Semua penjuru sudut tempat baru itu menjuruskan ceritanya kepada sang majelis tua itu. Entahlah aku tiba-tiba merasa rentan di sana. Mendapatkan diri kita bukan siapa-siapa, dan gelar yang disematkan kepada kita ternyata hanya sebatas gelar, bukan pencapaian, sesuatu yang hanya dihormati secara normatif saja rasanya tidak membuatku merasa tenang.
Apakah aku masih sedemikian rupa dalam diriku ingin dihargai dan dihormati? Apakah aku harus terus berjuang melawan ini? Benarkah kerendahhatian dan peace people adalah jawaban?
No comments:
Post a Comment