Whatever you want...

Thursday, November 6, 2014

Bil

| No comment
Akhirnya setelah waktu-waktu yang telah lewat ini, yang bertahan hanyalah Bil. Kami yang masih saling berkontak satu sama lain Terus menerus. Lucu juga, karena aku tidak menyangka bahwa kami akan bisa bersahabat sedekat ini. Aku rasa alasannya sederhana, selalu ada yang menghubungkan kami, dan kami sama-sama tidak pernah keberatan dengan apa  yang menghubungkan itu. Kadang itu film, kadang itu ceritaku, kadang itu ceritanya, salah satu yang terkuat tentu saja karena kami sama-sama belum menikah sampai sekarang. Tapi aku rasa pertama-tama bukan itu, tetapi aku rasa aku tahu apa yang dibutuhkannya dan dia pun demikian.

Aku sering salah dengan masalah hati. Karena itu aku pikir dulu aku suka kepadanya. Aku pernah mengungkapkan itu juga kepadanya, dia tidak keberatan kalau memang aku suka. Dia hanya mengatakan, "Kalau saja kamu perempuan, akan ku kejar kamu sampai dapat." Aku sering menjadikannya benteng untuk berhadapan dengan orang-orang yang mendekatiku dan tidak kusukai, aku selalu  mengatakan bahwa aku sudah punya pacar. Dan ketika aku bercerita itu kepadanya, dia akan mengatakan, "Gak masalah!" Demikianlah aku berpikir bahwa aku menyukainya. Aku yakin kalau misalnya kami sedang bersama-sama dan ada orang yang mengatakan, "Kalian pasangan ya?" Kami akan saling menatap, lalu tersenyum, dan bersama-sama mengatakan, "Tidak!"

Sampai aku sadar, ternyata sama sekali ini bukan perasaan semacam itu. Atau mungkin kami akhirnya sama-sama menjadi lebih kaya dalam berhubungan, dan kami menjadi tahu bahwa hubungan yang semacam kami ini ada dan sangat mungkin. Kadang orang kurang punya definisi saja dalam hubungan semacam ini.

Nyatanya dibandingkan dengan Bil, aku lebih menyukai dan mengharapkan orang lain, sebut saja misalnya Anggi, atau Cungkring. Aku bisa bercerita apa pun tentang Anggi dan Cungkring kepadanya, sebagaimana dia pun selalu tidak berhenti bercerita tentang cewek-cewek yang didekatinya. Aku senang ketika dia cerita tentang kedekatannya dengan orang-orang itu. Dan aku selalu kesal karena dia hampir tidak pernah bertahan dengan hubungannya setelah lewat beberapa bulan saja. Aku kemarin sampai mengatakan demikian, "Masalahnya itu ada di kamu bukan di mereka. Mending kamu sama aku ketimbang sama orang-orang gak jelas semacam itu." Dan dia langsung menampik, "Kamu kan tahu aku bukan pecinta sesama jenis." Aku tertawa, tentu saja maksudku bukan ke situ. "Aku berharap kamu itu bahagia, tapi kamu terlalu mudah menyerah dengan sesuatu yang kamu perjuangkan, selalu punya excuse ketika kamu tidak bersama-sama dengan orang itu. Mungkin mereka memang tidak pas untukmu, dan kamu hanya tertarik saja kepada mereka. Itu yang membuatmu tidak sungguh-sungguh berjuang bagi mereka. Carilah orang yang benar-benar membuatmu berjuang mendapatkannya." Selama ini aku melihat dia hampir tidak pernah sungguh-sungguh berjuang untuk apa pun, baik dalam hubungan, dalam karir, di kampus. Dia selalu mendapatkan posisi aman dan begitu saja naik dengan cepat. Tapi karena itu bukan sesuatu yang didapatkannya dengan susah payah, dia mudah sekali menjadi pembosan sesudahnya. Dia tentu saja menolak penjelasanku sampai kemudian aku mengatakannya panjang lebar. Dan dia akan mengatakan iya. Aku kemarin berkata kepadanya, "Carilah dan usahakanlah sesuatu yang memang worth untuk diperjuangkan dan perjuangkanlah itu dengan sungguh-sungguh, jangan berhenti sampai memang kamu tahu itu selesai diperjuangkan atau memang tidak bisa diperjuangkan."

Dia berjanji kepadaku untuk yang terakhir itu. Cukuplah buatku. Dan aku harus mengatakan kepadanya, "Aku yo gak rela lah melepasmu untuk sesuatu yang hanya sepele. Kalau aku melepasmu, itu harus lebih daripadaku." Dan dia mengiyakannya. Bahasa seperti itu tentu saja seperti bahasanya orang pacaran, tapi sama sekali tidak. Dan itulah mengapa aku nyaman dengannya sampai saat ini. Dia pun mulai tahu bahwa aku tidak menyukainya a la para gay menyukai seorang laki-laki lain, ini hubungan yang spesial, yang aku gak tahu menamainya dengan apa.

Aku senang ketika akhirnya setelah semuanya berlalu kami tetap intens. Karena itu aku merasa ini istimewa. Dan suatu saat nanti aku menunggu saatnya ketika dia mengatakan, "Aku sudah mendapatkannya, kamu tahu perjuanganku. Dan aku siap melepasmu." Aku akan tertawa bahagia ketika itu.


Tags : ,

No comments:

Post a Comment