Whatever you want...

Thursday, October 23, 2014

Yogyakarta: Gelarlah Selimut Cinta 3

| No comment
Aku menelpon Eli. 
Aku mengungkap semua kemarahanku kepadanya. Aku nyatakan tentang rencana Surabaya yang dijamin gagal total, dan rencana Jogja yang sudah hampir kubatalkan.

"Aku sudah senang mendengar kamu akan jalan-jalan. Aku sudah senang dengan semangatmu kemarin. Sekarang semuanya seperti ini."

"Aku baik-baik saja!" Aku jelas berbohong. Dan jelas dia tahu bahwa aku sedang mencoba menutup-nutupi saja. 

"Rencana Surabaya boleh batal. Tapi kamu tetap harus berangkat ke Jogja! Kamu harus liburan. Kamu berhak mendapatkan itu."

Atas itu aku mulai menata kembali, kubusungkan hatiku, walau tak sepenuhnya yakin. Bertelponan dengan Eli malam itu rasanya sangat berbeda. Biasanya kami seperti balapan berkicau. Menang-menangan cerita seru. Kami berlomba tertawa. Tapi malam itu sepi.

"Apakah aku harus menyelesaikan tugas-tugasku dulu, atau nanti lebih baik kukerjakan selama di Jogja?" Pikirku di Jogja pun akan banyak waktu tak bermutu, jadi aku bisa menyambi dengan mengerjakan tugas-tugasku yang belum rampung. 

"Temanmu yang rencana ke Tunglur jadi datang?"

"Gak tahu!" Ada kelompok lain terdiri dari tiga orang yang berkata bahwa mereka akan datang ke Tunglur, tanggal 11, Hari Senin. Jika mereka jadi datang, aku akan menunda keberangkatanku menjadi Senin malam, sampai di Jogja Selasa pagi. Tapi sampai dengan malam keberangkatan ini mereka belum juga menghubungi. Maka aku mengirimkan pesan pendek kepada mereka. Dan setelah tengah malam, jawabannya seperti yang kuduga, mereka pun mengatakan tidak jadi datang. Sempurna sudah semua omong kosong itu. Tentu mereka minta maaf, tapi sedemikian mudahnya mereka membatalkan bahkan tanpa memberi tahu lebih dulu, sampai aku yang harus mengejar dan bertanya "Kalian jadi datang tidak?" Sebenarnya yang butuh siapa? Orang-orang yang kutempatkan di ring 1 itu rasanya benar-benar tahi kuda. 

"Mereka gak jadi datang. El, kalau cerita Jogja ini mengecewakan, aku akan marah kepada-Nya. Biarkan saja aku jahat. Aku berhak mendapatkan imbalan lebih daripada ini."

"Iya!"

Dan bertelponan selesai. Malam itu aku menyelesaikan tugas-tugasku. Dan aku tak sepenuhnya yakin bahwa besok pagi tanggal 11 bulan 11 itu akan menjadi cukup istimewa. Aku sebentar memejamkan mata.
Tags : ,

No comments:

Post a Comment