Sayangku, hari ini aku melihat seorang yang sangat menarik. Kau tak usah cemburu, karena dia tak mungkin menggantikanmu. Kisahku tetaplah kita. Aku melihatnya ketika tadi bermotor di sepanjang jalan kota Malang. Dia berjaket parasut biru muda, seperti jaketmu. Kaus merahnya tampak menyembul dari balik jaket itu. Aku tak persis yakin itu kaus atau kemeja. Aku pun tak ingat persis celananya, aku tak akan berbicara banyak tentang celananya daripada aku keliru. Mungkin seharusnya aku mencatat tadi, jadi aku bisa menceritakannya tanpa cela. Tapi sudahlah, hanya celana.
Gadis itu tak besar tak kecil, tubuhnya pas dan ideal. Yang kuingat adalah rambutnya yang kemerehan, aku rasa itu warna aslinya. Aku bisa membedakan dengan jelas mana rambut yang dicat dan tidak. Rambutnya diikat sekenanya saja dengan ikat rambut berwarna kuning ujungnya dimasukkan ke dalam jaket parasut biru mudanya. Aku persis ingat ikat rambutnya, tapi aku tak yakin bisa menceritakannya dengan sangat tepat. Ikat rambut itu dari plastik, melingkar-lingkar spiral. Diikat mungkin dua kali ikatan. Benar! Aku tahu! Bentuknya seperti gantungan kunci motor yang melingkar-lingkar spiral, kamu tahu kan yang aku maksudkan? Biasanya gantungan kunci seperti itu satu sisi adalah kunci, sedangkan sisi yang lain ada semacam kaitan yang dikaitkan ke spion kanan atau kadang beberapa orang mengaitkannya ke kebel atau kawat kopling atau rem. Semacam itu, yang bisa memegas itu. Sandalnya selop besar berwarna pink dan merah tua, aku baru percaya bahwa merah muda dan tua bisa berpasangan setelah melihat sandalnya tadi, bukankah selama ini tua dan muda selalu tak berhasil didamaikan, termasuk warna. Setidaknya untukku.
Aku yang paling ingat adalah tasnya. Tasnya dari bahan denim. Di setiap pegangan resletingnya ada semacam karet tipis. Karet imitasi, seperti lidah. Tapi warna coklat karet dan biru tua tas denimnya yang berpadu dengan biru muda jaketnya seperti mempunyai cerita sendiri. Kamu ingat ketika kita ke bukit batu di sebelah Gunung Kidul, warnanya serupa itu, coklat batu, biru muda langit, dan biru tua gunung yang tampak kejauhan. Entah mengapa dari jauh gunung tidak berwarna hijau namun justru biru. Pasti ada penjelasan ilmiah untuk itu.
Tapi yang paling memesonaku adalah ketika di lampu merah, dan kami berhenti persis berdepan belakangan, dia dengan Revonya di depanku, aku dengan Supra Xu, aku melihatnya sejenak mengeluarkan handphone. Handphonenya Sony Ericsson, bentuknya kotak berlayar sentuh. Mungkin Experia. Bukankah itu juga handphonemu yang hilang beberapa bulan yang lalu. Caranya memegang handphone sama sepertimu. Dan aku baru sadar bahwa ada kabel headphone yang tertancap di handphonenya. Kamu juga selalu memakai headphone ketika bersepeda motor, kan? Kamu bilang itu membuatmu berani mengebut. Dan aku akan mewanti-wantimu bahwa itu berbahaya.
Ah, Sayang! Mungkin aku bukan terpesona pada gadis itu, mungkin gadis itu mengingatkanku padamu. Mungkin aku hanya sedang merindukanmu.
No comments:
Post a Comment