Whatever you want...

Wednesday, October 22, 2014

Kedai Mong: Ketika Rapuh

| No comment
"Ver!"
"Mong!"
Vero tidak menyembunyikan air matanya. Mong mengangkat tangannya memanggil Lisa. 
"Kasih susu putih. Super panas. Susu doang tanpa tambahan apa pun."
Vero mencoba tersenyum.
"So?"
Vero hanya mengangkat bahunya. Mong menatapnya. 
Tiba-tiba dia meletakkan seluruh badannya pada bahu Vero. 
Kita seperti melihat sosok malaikat terkulai lemah. Sepenuhnya tertawan masygul. Namun dalam posisinya yang demikian, Mong membuat seolah sang malaikat masih mampu menangkap beban yang dihempaskan kepadanya. Pemilik kedai itu mampu membuatnya tampak takah dalam layunya. 
"Perlu kita ganti lagunya?"
Vero menggeleng. 

Yang terjadi dalam cinta kita
Karena angkuh hati
Hanya aku yang persis merasa
Bunga cinta masih harap cemas
Walau ada yang lain telah hadir
Hatimu yang terpilih*

"Ini bukan lagu kafe ini."
"Kedai!"
Vero membuang napasnya.
"Victor?"
Vero termangu. "Aku bodoh ya."
"Semua orang bilang cinta itu bodoh." Dia menambahkan mencoba membuat udara lebih longgar, "Makanya aku ogah jatuh cinta!" Namun kawannya itu bergeming. "Telpon lah! Masih punya nomornya, kan?"
Vero menggeleng sangat pelan. "Aku kasihan sama Victor."
Mong melepaskan dirinya dari Vero. "Dia memang baik, selalu baik. Teuku Umar tak pernah berhenti mencintai Cut Nya Dhien, walau perempuan itu tak bisa melepaskan Ibrahim dari ingatannya. Ehm ... Tapi aku rasa masalah hati itu bukan cuma tentang perkara baik, kan?"
"Dan aku sangat jahat."
"Ver ... aku rasa ..." ada yang tercekat di lehernya, seolah dia telah mengatakan sesuatu yang tak kalah jahat. "Aku rasa Victor akan mengerti."
Vero menatapnya, "Dia selalu mengerti."
Seharusnya dia bisa melepaskan diri saja dari permasalahan ini. Mong merasa kesal dengan dirinya sendiri. Ini bukan masalahmu, seharusnya dia bisa berpikir begitu. Tapi nyatanya kata-kata yang membayang kuat dalam benaknya justru andai saja kawannya ini dulu tidak terlalu cepat mengambil keputusan. 
"Mong! Aku baik-baik saja."
Vero tersenyum. Mong pun mencoba tersenyum. Namun mereka sama-sama tahu, bahwa Vero hanya sedang menerbitkan kebohongan lain.
Tiba-tiba Mong merasa begitu membenci Lexa.

*Rossa, Hati yang Terpilih
Tags : ,

No comments:

Post a Comment